Beranisekali kau memelukku!" bentak Malin Kundang. Malin Kundang sesungguhnya menyadari bahwa wanita tua renta yang telah ia bentak dan dorong ialah Ibu kandungnya sendiri, Mande Rubayyah. Namun ia dikuasai rasa malu yang besar karena Ibunya terlihat sangat miskin karena pakaian yang lusuh. Ceritarakyat bahasa jawa malin kundang. Source: terbaru10.blogspot.co.id. Satu cerita memiliki beberapa macam versi. Cerita rakyat bahasa jawa dongeng keong mas. Source: nintoh.blogspot.com. 5 contoh cerita jenaka · 1. Cerita rakyat satu ini cukup populer dan sangat disukai oleh rakyat indonesia, semua itu karena cerita keong mas selain Nanging Malin ora gelem ngaku yen wanita tuwa kuwi ibune. Kuciwo karo polah Malin marang dheweke. Ibu ndonga lan ngipat-ipati Malin Kundang supaya watu. 3. Nyi Roro Kidul Ing jaman biyen, urip permaisuri lan raja dicritakake. Dheweke duwe anak ayu jenenge Lara Kadita. Amarga ndeleng kaendahane, akeh wong sing drengki, kalebu selir raja. Vay Tiền Nhanh. Cerita dongeng Malin Kundang merupakan cerpen cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Barat. Dongeng cerita rakyat malin kundang sangat lah terkenal di bumi pertiwi. Selain diceritakan secara turun temurun video cerita malin kundang juga sudah dibuat dalam berbagai versi. Blog saja sudah memiliki 2 versi yang berbeda dari cerita dongeng Malin Kundang. Bagi adik-adik yang belum pernah mendengar kisahnya, kakak ceritakan versi kedua dari cerpen cerita rakyat malin kundang. Pada zaman dahulu di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di daerah Padang, Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah amat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin adalah seorang anak yang rajin dan penurut. Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan ia dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh-sakit. Sakit yang amat keras, nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi. Kini, Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon. “Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan anaknya pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu berangkatiah Malin Kundang ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian. Hari-hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut, “Sudah sampai manakah kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut. la selalu mendo’akan anaknya agar selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu kemudian jika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya. Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, kini ia jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda dulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. “Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu. Cerita Dongeng Malin Kundang Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya. “Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…,” rintihnya pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai. Orang kampung berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkiiauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan meriah. Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya erat, ia takut kehilangan anaknya lagi. “Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” Malin terkejut karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang—camping itu. Ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah sambil berkata, “Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku!” ucapnya sinis, “Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Wanita gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar. Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!” Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, wanita gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” Wanita tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. cerita dongeng legenda malin kundang Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya ditengadahkannya ke langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafhan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Laiu sambaran petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping- keping. Kemudian terbawa ombak hingga ke pantai. Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang. Sampai sekarang jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi seperti lolongan jeritan manusia, terkadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri, “Ampun, Bu…! Ampuun!” konon itulah suara si Malin Kundang, anak yang durhaka pada ibunya. Pesan moral dari Cerita Dongeng Malin Kundang Cerita Rakyat SumBar adalah Hormatilah ibumu dan jangan perna mendurhakainya. Jakarta - Di Indonesia ada banyak kisah yang dijadikan dongeng cerita rakyat. Salah satunya soal Malin Kundang, sosok anak durhaka yang konon berasal dari Padang, Sumatra Malin Kundang kerap dikaitkan dengan keberadaan batu yang disebut-sebut merupakan jelmaan sosok Malin, tokoh utama dalam cerita tersebut. Daya tarik dari cerita rakyat satu ini yaitu pesan moral yang tersirat di dalam moral inilah yang bisa menjadi bahan pembelajaran. Misalnya saja, tentang kewajiban anak untuk menghormati, menghargai, dan berbakti kepada orang tua. Kisah seputar Malin Kundang ini juga bisa dijadikan dongeng pengantar ini dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler Sepanjang Masa karya penulis Faulia Malin KundangDahulu di sebuah dusun nelayan, tepatnya di Sumatra Barat, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Ia tinggal bersama ibundanya, Mande Rubayah. Sang ayah telah lama pergi meninggalkan ibu dan anak semata wayangnya tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani, tapi sedikit nakal. Mereka hidup serba kekurangan. Hingga suatu ketika saat Malin beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari peruntungan di negeri seberang. Dengan harapan nantinya saat kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi saudagar kaya tertarik dengan ajakan seorang nahkoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Tekadnya semakin kuat, Malin meminta izin kepada ibundanya. Mande Rubayah sempat tidak setuju dengan keinginan anaknya, tetapi karena Malin terus mendesak akhirnya ia mengizinkan."Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak," pesan dari keberadaan Malin di kapal itu sangat disukai. Selain karena ia sangat rajin dan selalu siap menolong, ia juga seorang pekerja tahun berlalu, kini Malin telah menjadi seorang nahkoda yang mengepalai banyak kapal dagang. Ia pun berhasil memperistri salah seorang putri raja yang cantik jelita. Kabar kesuksesannya sampai kepada ibunda Malin. Setiap hari Mande Rubayah menyempatkan diri pergi ke dermaga berharap bisa bertemu putranya, Kundang kembali ke kampung halamanSuatu ketika, sampailah kapal mereka di kampung tempat Malin dulu dibesarkan. Malin Kundang pun turun dari kapal. Kemudian disambut oleh ibundanya."Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar," katanya sambil memeluk Kundang justru malah segera melepaskan pelukan tersebut dan mendorong ibundanya hingga terjatuh."Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku," kata Malin kepada ibunya. Malin berpura-pura tidak mengenal ibunya, karena malu melihat ibunya yang sudah tua dan memakai baju compang-camping."Wanita itu ibumu?," tanya istri Malin. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku," sahut tingkah Malin yang congkak di depan istrinya, Mande Rubayah sangat sakit hati. Ia melihat kapal anaknya yang bertolak dari pantai, sambil berdoa dalam hatinya agar Tuhan menghukum besar kemudian menerjang kapal Malin Kundang sampai seluruh isinya hancur berhamburan. Ternyata serpihan kapal ini berubah menjadi batu karang, termasuk sosok Malin Kundang yang sedang lengkap Malin Kundang dapat dilihat di Hai Bunda. Klik di sini untuk membaca kisahnya. Simak Video "Momen Prabowo Asyik Makan Nasi Padang Pakai Tangan Saat ke Sumbar" [GambasVideo 20detik] dvs/nah Cerita rakyat Malin Kundang adalah salah satu legenda yang kisahnya paling populer di IndonesiaCerita rakyat Malin Kundang adalah salah satu legenda yang kisahnya paling populer di Indonesia. Malin Kundang mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka terhadap orang tuanya lalu dikutuk menjadi batu oleh saking populernya dongeng tersebut, cerita rakyat Malin Kundang ini sempat dibuat menjadi film, sinetron, hingga drama itu, patung Malin Kundang yang ada di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat, kini menjadi salah satu destinasi wisata wajib jika berkunjung ke Kota Juga Pelajari 5 Cara Asyik Membacakan Dongeng untuk AnakCerita Rakyat Malin KundangMeskipun berakhir tidak bahagia, karena Malin Kundang dikutuk menjadi batu, namun cerita ini mengandung banyak hal positif dan nilai-nilai yang bisa dicontoh untuk Si dari taat pada orang tua, tidak sombong dengan sesama manusia, dan perjuangan menuju berikut ini cerita rakyat Malin Kundang, seperti dilansir dari buku 'Malin Kundang Cerita Rakyat Sumatera Barat' oleh Keluarga Nelayan yang MiskinFoto cerita rakyat malin kundang zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri di perkampungan nelayan Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat. Mereka memiliki anak lelaki bernama Malin Kundang. Keluarga ini hidup serba kekurangan dan memperbaiki nasib keluarga, ayah Malin Kundang memutuskan untuk merantau ke negeri seberang dengan mengarungi lautan menggunakan kapal Mande Rubayah Berjuang Sendiri Membesarkan Malin KundangFoto cerita rakyat malin kundang berlalu, Malin dan ibunya yang bernama Mande Rubayah tak kunjung mendengar kabar dari sang Malin hanya bisa pasrah dan berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan Malin Kundang. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mande Rubayah berjualan kue dari pasar ke pasar dan rumah ke suatu hati, Malin tiba-tiba jatuh sakit. Anak malang itu sakit keras bahkan hampir merenggut berkat kasih sayang ibunda, Malin berhasil sembuh dan selamat dari penyakit yang mematikan. Setelah sembuh dari sakit parah, Malin semakin menyayangi ibunya dan keduanya hidup saling Juga 11 Dongeng Sebelum Tidur Paling Populer di Dunia, Yuk Bacakan ke Si Kecil!3. Malin Meminta Izin MerantauFoto cerita rakyat malin kundang hidup berdua, tak terasa Malin sudah dewasa. Dalam cerita rakyat Malin Kundang itu, ia meminta izin kepada ibunya untuk merantau ke kota besar untuk mencari uang dan mengubah nasibnya serta saat itu juga sedang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis, sehingga Malin tak ingin melewatkan kesempatan besar untuk begitu, sang ibu mulanya melarang Malin untuk pergi karena takut terjadi sesuatu.“Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya pun mencoba menenangkan sang ibu, "Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil menggenggam tangan ibunya."Ini kesempatan Bu, karena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” ujar Malin sambil berat hati, Mande Rubayah mencoba menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutannya atas kepergian Malin. Ia pun mengizinkan Malin untuk merantau ke kota besar. Dan berjanji akan selalu menunggu Malin kembali ke rumah.“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya terisak tangis. Sebelum pergi, Malin dibekali dengan tujuh nasi berbungkus daun pisang untuk bekal di Malin berangkat ke kota besar menaiki kapal dan meninggalkan ibunya sendirian di kampung Juga Dongeng Sebelum Tidur, Bacakan Cerita Rakyat Lutung Kasarung untuk Si Kecil4. Ibunda Malin Setia Menunggu Kabar dan Kepulangan AnaknyaFoto cerita rakyat malin kundang kepergian Malin, hari-hari dilalui dengan sepi dan waktu berjalan begitu lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore, Mande Rubayah selalu pergi ke pantai untuk memandang laut dan bertanya-tanya, "sudah sampai manakah kamu berlayar, Nak?" tanyanya dalam didera rindu dan kekhawatiran tentang keselamatan anak semata wayangnya, Mande Rubayah tak lupa untuk selalu mendoakan Malin agar selamat dan berhasil di kota kali ada kapal merapat di Pantai Air Manis, Mande Rubayah selalu menanyakan kabar anaknya kepada nelayan dari kapal tersebut, "Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” setiap orang ia tanyai tidak pernah memberikan jawaban atau memberikan titipan salam maupun pesan dari anak Juga Ini Dia Legenda Sangkuriang yang Bisa Jadi Pengantar Tidur untuk Anak, Yuk Dibaca!5. Kabar Gembira dari Awak KapalFoto cerita rakyat malin kundang terasa bertahun-tahun telah berlalu menunggu kabar Malin, Mande Rubayah kini tak lagi muda. Jalannya sudah terbungkuk-bungkuk, wajahnya dipenuhi keriput dan rambutnya memutih. Meski begitu, ingatan dan kasih sayangnya kepada Malin tak pernah suatu hari, seorang nakhoda yang dahulu membawa Malin ke kota besar memberi kabar bahagia kepada Mande Rubayah.“Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucap si hal itu, Mande Rubayah hanya ingin segera bertemu anaknya. Setiap malam berdoa agar Malin cepat pulang. Keyakinan bahwa anaknya akan pulang tak pernah Juga 6 Manfaat Dongeng Dalam Membentuk Karakter Anak6. Malin Kundang Pulang ke Kampung HalamanFoto cerita rakyat malin kundang ketika, sebuah kapal besar, megah, dan indah menepi di Pantai Air Manis. Warga berkumpul mengelilingi kapal mewah tersebut karena mengira bahwa kapal itu milik seorang sultan atau Rubayah ikut berdesakan mendekati kapal dan benar saja pemuda tampan berpakaian indah itu adalah Malin Kundang. Dengan spontan, Mande Rubayah langsung memeluk Malin dengan erat seakan tak ingin lagi kehilangan.“Malin, anakku. Kau benar anakku kan? Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” ujarnya sambil menangis Juga Tak Disangka, Ini 4 Manfaat Membacakan Dongeng untuk Si Kecil7. Kebohongan Malin KundangFoto cerita rakyat malin kundang suaminya dipeluk oleh perempuan renta dengan baju compang camping, istri Malin meludah dan mengatakan, "Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku! Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!" ujar istri Malin dengan emosi dan hal itu, Malin kemudian berbohong. Ia mendorong tubuh ibunya yang lemah dan mengatakan,"Wanita gila! Aku bukan anakmu!" kata Malin dengan perlakukan Malin, Mande Rubaya seakan tak percaya.“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!" ujarnya seraya tertatih bangun dari tak mempedulikan perkataan ibunya, rasa malunya kepada istrinya jauh lebih besar ketimbang rasa sayangnya kepada sang ibu. Malin pun tak mengakui bahwa Mande Rubaya adalah ibunya.“Hai, wanita gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” tepis Malin ketika melihat ibunya mencoba memeluknya Juga Pelajari 5 Cara Asyik Membacakan Dongeng untuk Anak8. Mande Rubaya Mengutuk Malin Menjadi BatuFoto cerita rakyat malin kundang Rubaya pun pingsan, ketika ia sadar pantai sudah sepi dan kapal mewah yang ditumpangi Malin telah pergi menjauh. Tak hanya tubuhnya yang kesakitan, hatinya jauh lebih terluka saat mengetahui bahwa anak semata wayangnya berbuat semena-mena Rumabay pun berdoa kepada Tuhan,"Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!" ucapnya sambil kemudian, hujan lebat tiba-tiba mengguyur disertai badai besar yang menyebabkan kapal mewah Malin Kundang terhantam. Petir pun menyambar dan menyebabkan kapal milik Malin hancur berkeping-keping hingga terbawa ke tepi Pantai Air harinya, ditemukan batu besar menyerupai manusia sedang bersujud dan itulah tubuh Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi di sela-sela serpihan batu, terlihat ikan teri, ikan belanak, dan ikan tenggiri berenang di sekitarnya. Menurut legenda, ikan itu merupakan serpihan tubuh istri masyarakat setempat, terkait cerita rakyat Malin Kundang, hingga kini apabila ada ombak besar, terdengar jeritan manusia yang sedang meratapi nasibnya, "Ampun, Bu…! Ampuun!" menurut legenda itu adalah suara Malin cerita rakyat Malin Kundang yang populer dan penuh pembelajaran. Moms bisa mendongengkan cerita rakyat Malin Kundang ini kepada Si Kecil saat malam hari atau ketika hari libur.

cerita rakyat bahasa jawa malin kundang